WHISTLEBLOWING SYSTEM

Apakah anda mengetahui ada pelanggaran?

LAPORKAN via WBS!

Artikel

line
  • 2016-12-01 10:14:50

MENANTI ERA OPERASI BATU GINJAL TANPA PEMBEDAHAN DI RSUD SIDOARJO

MENANTI ERA OPERASI BATU GINJAL TANPA PEMBEDAHAN

DI RSUD SIDOARJO

Oleh : dr. Candra Dwi Kusuma Wijaya, SpU

 

Batu saluran kencing (BSK) merupakan kasus terbanyak di urologi selain pembesaran prostat (BPH). Perjalanan sejarah BSK berawal dari batu kandung kemih dengan ditemukannya batu kandung kemih pada mumi Mesir berusia 4500-5000 tahun oleh arkeolog Inggris E. Smith pada tahun 1901 di El Amrah, Mesir . Pengobatan BSK sudah diketahui pertama kali dari catatan kuno Mesir pada tahun 1500 sebelum Masehi. Tetapi operasi BSK baru diceritakan dengan lebih terperinci pada tahun 800 sebelum Masehi oleh ahli bedah India Sushruta dalam bukunya yang berjudul Sushruta Sasmhita. Pada abad ke 4 sebelum Masehi, Hippocrates, sang bapak kedokteran dengan spesifik menyebut BSK pada sumpah Hippocrates nya. Hippocrates menyatakan dalam sumpahnya tidak akan melakukan pembedahan terbuka pada penderita BSK.

Pada saat itu operasi batu kandung kemih dikerjakan melalui irisan di perineum dan memiliki angka kematian yang tinggi. Ammonius dari Alexandria adalah orang pertama yang memecah batu kandung kemih menjadi ukuran yang lebih kecil sebelum akhirnya dikeluarkan dari kandung kemih pada tahun 276 sebelum Masehi. Cornelius Celsus dari Roma (25 sebelum Masehi – 40 Masehi) merupakan orang yang pertama kali menulis dengan terperinci tentang teknik perineal lithotomy, meskipun dia sendiri belum pernah melakukan operasi tersebut. Ibnu Abbas Alzahrawi atau juga dikenal dengan Albucasis (930-1013) merancang suatu bor halus untuk menghancurkan batu uretra yang impacted, menciptakan alat untuk mengambil batu kandung kemih dan menyempurnakan teknik lithotomy sehingga menurunkan angka kematian pasca operasi pada saat itu. Pada abad ke 16 Frere Jacques yang diberi gelar Stone Cutter atau Lithotomist berkeliling eropa melakukan teknik mengeluarkan batu kandung kencing melalui irisan di perineum dalam posisi litotomi. Teknik ini menjadi standar emas operasi batu kandung kencing hingga abad 19.  Pada tahun 1561 Pierre Franco memperkenalkan teknik operasi batu kandung kemih melalui sayatan suprapubic.

Batu ginjal merupakan BSK yang paling sering ditemui saat ini. Operasi batu ginjal yang konvensional dilakukan dengan pembedahan terbuka, yaitu pyelolithotomy atau nephrolithotomy. Pyelolitotomy merupakan teknik mengambil batu ginjal dari pyelum ginjal melalui pembedahan terbuka, teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh Heinecke pada tahun 1879. Nephrolithotomy merupakan teknik mengambil batu ginjal dari korteks ginjal melalui pembedahan terbuka, teknik ini diperkenalkan pertama kali oleh Le Dentu pada tahun 1881. Gil-Vernet memperkenalkan teknik extended pyelolithotomy pada tahun 1965 dimana dengan teknik ini mampu mengeluarkan batu ginjal yang lebih besar melalui pyelum ginjal. Smith dan Boyce memperkenalkan tenik anatrophic nephrolithotomy untuk mengeluarkan batu ginjal yang sangat besar (staghorn stone). Teknik nephrolithotomy selain memiliki risiko perdarahan banyak juga dapat menurunkan fungsi ginjal sebesar 20-50% dari semula.

Operasi batu ginjal era modern dilakukan secara invasive minimal dengan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL), Ureteroscopy (URS) atau Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL). ESWL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 oleh perusahaan Dornier, sedangkan URS dipelopori oleh Hugh Hampton Young pada tahun 1912 tetapi baru digunakan untuk operasi batu ginjal pada tahun 1981. Pada ESWL, gelombang kejut dihasilkan oleh sumber energi dari luar tubuh manusia kemudian dipancarkan ke tubuh manusia dan difokuskan pada batu ginjal. Gelombang yang dihasilkan relatif lemah, tidak mengganggu tubuh manusia tetapi cukup kuat untuk menghancurkan batu. Kemudian pecahan batu akan keluar melalui aliran air kencing dengan sedikit nyeri. ESWL tidak cocok digunakan pada batu ginjal dengan ukuran lebih dari dua cm, batu ginjal non-opaque (tidak tampak pada foto polos perut), batu yang keras, dan batu yang terletak di kutub bawah ginjal. Sedangkan URS lebih invasif dari ESWL tapi dapat digunakan untuk memecah batu yang cukup keras, yang tidak dapat dihancurkan dengan ESWL. Prinsip kerja URS adalah dengan bantuan kamera endoskopi di dalam ureter dan ginjal, batu akan dihancurkan oleh alat laser pemecah batu kemudian pecahan batu akan keluar melalui kencing. Keterbatasan URS hanya dapat digunakan pada batu ukuran kecil hingga sedang, dan pasca tindakan akan dilakukan pemasangan ureter stent dimana stent ini sering menimbulkan keluhan kencing pada pasien.

PCNL diperkenalkan pada tahun 1976 oleh Fernstrom dan Johansson yang melakukan operasi batu ginjal percutaneous pertama kali. Sedangkan di Indonesia, PCNL mulai diperkenalkan di Surabaya oleh Doddy M. Soebadi pada tahun 1984. PCNL merupakan tindakan mengambil batu ginjal secara endoskopi melaui kulit langsung menuju ginjal. Kemudian batu ginjal akan dihancurkan dengan alat pemecah batu tenaga kinetik, gelombang ultrasound atau laser. Pecahan batu akan dikeluarkan atau dihisap dengan alat penghisap sehingga tidak ada batu yang perlu keluar bersamaan dengan air kencing. Sayatan operasi hanya 1-2 cm di kulit untuk akses masuknya alat endoskopi ke ginjal. Hal ini berbeda dengan operasi batu ginjal konvensional, dimana sayatan pisau pada kulit yang dibutuhkan cukup lebar 15-20 cm.  PCNL bisa dikerjakan pada hampir semua kasus batu ginjal dengan nyeri yang jauh lebih minimal dan masa rawat inap yang lebih pendek daripada pembedahan batu ginjal yang konvensional. Pembedahan terbuka kedua dan seterusnya pada kasus batu ginjal yang kambuh (residif) akan sulit untuk dikerjakan karena posisi anatomi dan jaringan di sekitar ginjal sudah berubah akibat pembedahan sebelumnya. Sedangkan pasien yang pernah menjalani PCNL masih sangat mungkin untuk dikerjakan PCNL kembali bila menderita batu ginjal residif karena PCNL merupakan tindakan invasif minimal yang tidak banyak merusak struktur ginjal dan jaringan disekitarnya. Keterbatasan PCNL adalah untuk batu ginjal yang sangat besar (staghorn stone) atau batu ginjal kompleks (jumlah batu sekunder cukup banyak) mungkin diperlukan operasi lebih dari satu tahap.

Saat ini penanganan batu ginjal di RSUD Sidoarjo masih dengan pembedahan terbuka. Sedangkan untuk batu ureter dan batu kandung kemih kurang dari 3 cm sudah bisa dilakukan secara endoskopi dengan URS dan alat lithotripsy. Untuk memajukan penanganan batu ginjal di RSUD Sidoarjo dibutuhkan komitmen dari semua pihak, karena PCNL membutuhkan SDM khusus yang mumpuni, investasi dana yang tidak sedikit dan iklim kebijakan yang kondusif. Di Eropa dan Amerika, PCNL menjadi standar emas penanganan batu ginjal saat ini. PCNL juga menjadi alternatif terapi batu ginjal bagi pasien yang takut menjalani pembedahan terbuka atau memiliki ambang nyeri yang rendah. Semoga tidak lama lagi pasien batu ginjal RSUD Sidoarjo akan bisa ditangani tidak hanya dengan pembedahan terbuka tetapi juga dengan PCNL.

 

“I will not cut for the stone, but will leave this to be done by practitioners of this work”

 Hippocrates oath 

                 d          e

                 Posisi penderita saat PCNL                            Alat endoskopi penghancur batu ginjal pada PCNL

   

                 f             g_1

   ESWL – menghancurkan batu ginjal tanpa operasi    URS – menghancurkan batu ginjal tanpa pembedahan

Informasi Terbaru